Selasa, 31 Desember 2013

Jogja Sebagai Kota Balap Motor

Posted by Lowongan Pekerjaan  
11.28

Kota Jogja terkenal sebagai kota barometer balap motor tanah air, memang tidak heran karena banyak pembalap dan mekanik handal lahir dari kota gudeg dan kota pendidikan ini. Ini tidak lepas karena banyaknya pembalap, mekanik dan sarana balap yang memadai sehingga jogja menjadi kota balap yang subur dan produktif.

Jika membahas sejarah balap motor bisa berkembang pesat di kota Jogjakarta mungkin ini tidak bisa lepas dari sosok Sri Gandhul Hartanto yang berjasa dalam mengembangkan balap motor di kota Jogja tersebut. Dedikasinya yang tinggi kepada balap motor dan melahirkan banyak murid-murid handal yang kini telah tumbu menjadi mekanik handal, dan murid-muridnya sudah tersebar keseluruh tanah air dan beberapa dari menjadi mekanik yang diperhitungkan di tanah air. Sebagai conto muridnya adalah Hendriansyah, Hokky Krisdianto, Doni Tata dalam kelas road race, dari motocross ada nama Satya Sunarso, Johny Pranata sampai Irwan Ardiansyah.

Sri Hartanto juga mekanik legend dari pabrikan Yamaha. Mengawali karir sebagai mekanik grasstrack di era tahun '80-an, prestasi Gandul terus naik hingga ditarik membantu divisi balap Yamaha Indonesia. Tahun '90-an menjadi masa keemasan buat grasstrack dan motocross, pria ramah ini tetap setia dengan Yamaha. Awal berkibar road race, Gandul mulai belajar korekan underbone 2 tak hingga peralihan era mesin 4 tak.

Kini  Gandul lebih fokus untuk mengurusi pembalap muda. Tahun lalu, pemilik tim Yamaha Rextor GRM ini sukses mengorbitkan nama Agus Setiawan hingga bersinar di kelas MP5 dan bisa naik ke MP4. "Saya lebih seneng mendidik pembalap muda, ada kepuasan tersendiri saat mereka bisa sukses," kata Gandul yang punya instuisi kuat membidik pembalap berbakat.







Knalpot yang terkenal yaitu GRM adalah miliknya, yang singkatan dari Gandhul Racing and Modification, walaupun di jogja banyak bertebaran bengkel knalpot racing seperti knalpot Abeng, Knalpot KDX Exhaust Concept, Knalpot SMR, Knalpot Creampie Jogja, Knalpot By-Pazz,dll. Namun GRM masih punya fans tersendiri.

0 komentar:

Kamis, 26 Desember 2013

Sejarah Kraton Jogja

Posted by Lowongan Pekerjaan  
11.13

Mungkin kita pernah bertanya kenapa Jogja sebagai kota budaya? Atau bagaimana Jogakarta bisa mempunyai sebuah keraton. Berikut ini sepenggal cerita mengenai keraton Jogjakarta :

Keraton Yogyakarta adalah sebuah keraton dari kerajaan Mataram telah memiliki sejarah yang sangat panjang sampai dengan keberadaannya pada saat ini. Sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta secara umum memiliki 2 versi yang sedikit agak berbeda.

Dua Versi Sejarah Keraton Yogyakarta

Versi Pertama Sejarah keraton Yogyakarta


Dalam cerita versi yang pertama, Keraton Yogyakarta ini pada awalnya adalah merupakan sebuah Pesanggrahan yanga bernama Pesanggrahan Garjitawati. Pesanggrahan Garjitawati ini diyakini merupakan sebuah pesanggrahan kuno yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan yang digunakan pada saat iring-iringan yang membawa jenasah raja-raja kasultanan Mataram dari Surakarta dan Kartasura yang meninggal.

Para Raja Mataram yang meninggal ini biasanya akan dimakamkan di Makam Raja-raja Imogiri yang terletak di sebelah selatan Yogyakarta. Nah, pada saat membawa jenazah Raja menuju Makam Raja-raja Imogiri inilah rombongan akan sejenak beristirahat di Pesanggrahan Garjitawati.


Versi Kedua Sejarah Keraton Yogyakarta

Sedangkan berdasarkan versi yang kedua, Keraton Yogyakarta yang sekarang ini pada awalnya adalah sebuah mata air bernama Umbul Pacethokan yang berada tepat di tengah hutan Beringan. Setelah terjadinya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, maka kemudian Sultan Hamengku Buwono I yang sebelumnya mendiami Pesanggrahan Ambar Ketawang yang berada di selatan Kota Yogyakarta ini, mendirikan sebuah keraton sebagai pusat pemerintahan di Umbul Pacethokan ini.


Kerajaan Mataram Awal Sejarah Keraton Yogyakarta

Sejarah Keraton Yogyakarta (Keraton Jogja) tentu saja tidak lepas dari jasa Ki Ageng Pamanahan yang pada waktu itu telah berhasil mengalahkan Aryo Penangsang yang pada saat itu merupakan musuh dari Sultan Pajang. Atas keberhasilannya menumpas Aryo Penangsang inilah kemudian Ki Ageng Pamanahan pada tahun 1558 Masehi mendapatkan hadiah dari Sultan Pajang berupa tanah kekuasaan di Mataram.

Di kemudian hari pada tahun 1577 Ki Ageng Pamanahan membangun sebuah keraton atau istana di daerah yang bernama Kota Gede (tepatnya di bagian selatan-timur Kota Yogyakarta) hingga akhirnya beliau wafat pada tahun 1584 sebagai pengikut setia Sultan Pajang, dan dimakamkan di sebelah Masjid Kota Gede.

Setelah wafatnya Ki Ageng Pamanahan ini maka kekosongan kekuasaan Mataram dilanjutkan dengan pengangkatan putera dari Ki Ageng Pamanahan sendiri yaitu Sutawijaya menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa Mataram.

Namun ternyata pengangkatan Sutawijaya sebagai Raja Mataram ini merupakan keputusan yang sangat fatal bagi Sultan Pajang. Sutawijaya ternyata tidak mau tunduk pada Kesultanan Pajang seperti ayahnya terdahulu, dan berniat menghancurkan dan menguasai Kesultanan Pajang dan ingin memperluas wilayah kekuasaannya.

Akhirnya pada tahun 1587 pasukan Kesultanan Pajang menyerang Mataram. Namun tak dapat disangka, pasukan Sultan Pajang yang berusaha menyerang Mataram ini terkena imbas letusan Gunung Merapi yang cukup dahsyat pada waktu itu, dan akhirnya memporak-porandakan dan menghancurkan seluruh pasukan Kesultanan Pajang. Dan pada kejadian tersebut Sutawijaya dan pasukan Mataram bisa selamat.

Satu tahun kemudian di tahun 1588 Mataram menjadi sebuah kerajaan dan Sutawijaya mengukuhkan dirinya sebagai Raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati, Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama yang memiliki arti Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama. Sejak saat itu kemudian Kerajaan Mataram berkembang menjadi sebuah kerajaan yang besar dan menjadi penguasa besar Pulau Jawa

Wafatnya Panembahan Senopati pada tahun 1601 kemudian digantikan oleh seorang anaknya yang bernama Mas Jolang yang kemudian dikenal juga dengan sebutan Panembahan Seda ing Krapyak. Setelah wafatnya pada tahun 1613, Mas Jolang digantikan lagi oleh puteranya yaitu Pangeran Arya Martapura dan dilanjutkan oleh kakaknya yaitu Raden Mas Rangsang yang juga lebih dikenal sebagai Prabu Pandita Hanyakrakusuma, dan bergelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Abdurrahman.

Pada masa pemerintahan Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung inilah kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaannya dan berkembang dengan sangat pesat di berbagai bidang. Kerajaan Mataram semakin kokoh dan makmur sampai akhirnya Sultan Agung dan digantikan oleh anaknya yaitu Amangkurat I pada tahun 1645.

Sejarah Keraton Yogyakarta Berawal Dari Perjanjian Giyanti

Masa kejayaan Kerajaan Mataram akhirnya mengalami guncangan juga. Peristiwa demi peristiwa yang berlatar belakang konflik perebutan kekuasaan dari dalam maupun luar istana akhirnya menghancurkan Kerajaan Mataram. Pada masa penjajahan Belanda, VOC mampu memanfaatkan konflik yang terjadi di istana dengan baik.

Perebutan kekuasaan di Kerajaan Mataram ini berkahir dengan adanya Perjanjian Giyanti yang terjadi pada bulan Februari di tahun 1755. Pada Perjanjian Giyanti ini memutuskan untuk membagi kekuasan Kerajaan Mataram menjadi 2 yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dan dalam perjanjian itu juga menetapkan Pangeran Mangkubumi sebagai Sultan di Kasultanan Yohyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Kira-kira satu bulan setelah terjadinya Perjanjian Giyanti tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono I yang pada saat itu tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang mendirikan sebuah keraton di pusat kota Yogyakarta yang kita lihat sekarang ini sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta.

Sejarah Keraton Yogyakarta Dari Sisi Filosofi Dan Mitologi

Sejarah Keraton Yogyakarta yang panjang itu tentu saja membuat Keraton Yogyakarta tidak dibangun dengan begitu saja. Banyak sekali nilai-nilai folosofis yang ditanam dalam pembangunan Keraton Yogyakarta ini. Arsitektur Keraton Yogyakarta sendiri adalah Sri sultan Hamengku Buwono I yang merupakanseorang arsitek yang sangat hebat pada masanya.

Beliau tidak begitu saja merancang bentuk bangunan keraton, namun beliau benar-benar memikirkan dan menerapkan juga berbagai nilai kehidupan dalan arsitektur bangunan maupun letak keraton. Secara umum Keraton Yogyakarta sendiri dibangun dengan sangat strategis di antara 2 sungai besar yaitu Sungai Code di timur dan sungai Winongo di Barat. Selain itu juga terlatak dalam satu garis lurus antara Gunung Merapi di utara dan Laut Kidul di selatan yang tentu saja hal tersebut memiliki makna folosofis yang sangat dalam.

Masih banyak sekali nilai-nilai filosofis kehidupan yang terdapat pada arsitektur Keraton Yogyakarta mulai dari interior dan eksterior. Hal inilah yang membuat Sejarah Keraton Yogyakarta (Keraton Jogja) sangat menarik dan membuat Keraton Yogyakarta juga sebagai warisan budaya yang sangat bernilai di mata dunia.

0 komentar:

Pages

What they says

Copyright © 2013 Wisata Jogja. Info seputar Creampie muffler Jogja
website tentang knalpot creampie jogja.
back to top